Selasa, 02 Juni 2009

SISTEM AIR PENGISI DAN AIR PENAMBAH

Sistem Air Penambah

Pengertian Air Penambah

Sekalipun siklus air uap didalam PLTU merupakan siklus tertutup tetapi didalam sirkulasinya banyak terjadi kehilangan massa air yang antara lain disebabkan oleh adanya kebocoran-kebocoran didalam sistem. Akibatnya diperlukan tambahan air sejumlah tertentu dari luar siklus secara kontinyu. Oleh karena itu Sistem Air Penambah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan air tersebut. Mengingat bahwa kualitas air penambah harus sama baiknya dengan kualitas air yang telah berada dalam siklus, maka sistem air penambah dilengkapi dengan unit pengolah air (Demineralizer Plant) yang berfungsi untuk mengolah air sumber (Raw Water) menjadi air penambah (Make up Water).



Sumber Air

Air baku yang digunakan untuk sistem air penambah adalah air laut yang telah dihilangkan kadar garam di Desalination Plant. Hasil dari Desalination Plant disebut Raw Water, Raw Water kemudian diolah di Demineralization Plant untuk dihilangkan ion-ion kontaminan. Hasil penghilangan ion-ion kontaminan pada Raw Water yang diproses di Demineralization Plant kemudian disebut Demin Water. Demin Water yang telah memenuhi syarat sesuai spesifikasi yang telah ditentukan kemudian digunakan dan disebut sebagai air penambah. Air penambah ini kemudian ditampung di dalam make up water tank sebagai cadangan air yang siap menambah kekurangan air pada sistem air pengisi.


Desalination Pant


Desalination plant adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengolah air laut menjadi air tawar (Destilate). Prinsip kerja Desalination Plant adalah menghilangkan garam-garam air laut sehingga diperoleh air murni. Proses Desalination yang umum adalah dengan cara menguapkan air laut (Evaporation). Bila air laut diuapkan, garam-garamnya akan tertinggal sedang yang menguap hanyalah air saja. Uap dari air laut inilah yang kemudian dikondensasikan sehingga diperoleh air tawar (Destilate).


Demineralization Plant


Demineralization Plant berfungsi untuk menghilangkan ion-ion kontaminan air dan menukarnya dengan ion-ion hidrogen dan ion hidoxil sehingga diperoleh air murni. Air yang diproses pada Demineralization Plant untuk dihilangkan ion-ion kontaminan adalah raw water atau air tawar (Destilate) yang dihasilkan oleh Desalination Plant.



Komponen Sistem Air Penambah

A. Make Up Water Tank (MWT)

Make up Water Tank (Tangki Air Penambah) berfungsi sebagai penampung air penambah yang akan digunakan untuk menambah kekurangan air di dalam sistem. Pengisian air pada MWT diatur oleh Make up Water Supply Valve (MWSV) yang beroperasi secara otomatis sesuai dengan set poin yang telah diatur. MWSV akan membuka jika MWT mengindikasikan level Low dan akan menutup jika level High. Dalam hal ini, level MWT selalu harus dikontrol jangan sampai rendah karena dapat mengakibatkan turunnya tingkat kevakuman Condenser karena yang terhisap dari MWT adalah udara. Jika tingkat kevakuman Condenser turun hingga mencapai pada angka yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka dapat mengakibatkan unit trip.



B. Make Up Water Pump (MWP)

Make up Water Pump berfungsi untuk memindahkan air dari MWT ke Hotwell. Terdapat dua unit MWP yang disediakan untuk memompa Make up Water dari MWT ke Hotwell. Dalam keadaan operasi normal, salah satu MWP dioperasikan sedangkan yang lainnya diposisikan Standby. Apabila MWP yang sedang beroperasi trip maka MWP yang diposisikan Standby dapat dioperasikan untuk mengganti MWP yang trip tersebut. Selain itu, MWP yang berada dalam keadaan standby juga dapat beroperasi secara otomatis jika diposisikan auto standby dan parameter condenser mengindikasikan level low sementara Condenser Level Control Valve dalam posisi membuka 80% dan Condenser Level Control Valve Bypass Valve posisi membuka penuh (Full open) maka MWP yang diposisikan auto standby akan beroperasi secara otomatis untuk membantu pengisian air penambah ke condenser hingga parameter level pada condenser mengindikasikan level normal. Gambar berikut memperlihatkan aliran air penambah sederhana yang dipompa oleh MWP.


















C. Make Up Water Recirculation Valve (MWRV)

Make up water recirculation valve berfungsi untuk mengalirkan kembali air yang telah dipompa oleh MWP ke MWT dengan tujuan untuk mengamankan MWP dari kelebihan aliran dan tekanan air. Kelebihan aliran dan tekanan ini dapat terjadi jika parameter level pada condenser mengindikasikan level high, maka condenser level control valve akan secara otomatis menutup penuh. Akibatnya air yang dipompa oleh MWP akan terjebak sehingga menyebabkan tekanan dan jumlah air penambah makin bertambah pada aliran menuju ke condenser. Hal ini dapat membahayakan keselamatan MWP karena tekanan yang dihasilkan tersebut. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengamankan MWP dari kemungkinan kerusakan, maka MWRV mensirkulasikan air kembali ke MWT. Gambar berikut memperlihatkan sistem aliran MRV sederhana.













D. Condenser Level Control Valve (CLCV)

Condenser level control valve berfungsi untuk menambah air pada sistem air pengisi tekanan rendah apabila terjadi kekurangan air yang diketahui melalui parameter hotwell yang mengindikasikan level low. Pengoperasian CLCV dan spill over valve terintegerasi dengan level pada hotwell. Jika level air di dalam hotwell turun dibawah level kerja normal akibat kebocoran atau blowdown, maka signal hasil pengukuran level hotwell akan dikirim ke komputer kontrol dan kemudian komputer kontrol akan mengirim signal ke CLCV untuk membuka agar pengisian air ke hotwell mencapai level kerja normal, sementara itu spill over valve harus sudah menutup. Sebaliknya jika level hotwell naik dari ketinggian level kerja normal, maka spill over valve akan menerima signal untuk membuka sehingga kelebihan air dikeluarkan dari sistem air pengisi tekanan rendah ke MWT sementara CLCV harus sudah menutup penuh.










Sistem Air Pengisi


Pengertian Air Pengisi

Air pengisi adalah air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air ke boiler. Pada umumnya sistem air pengisi dibagi menjadi dua bagian yaitu, sistem air pengisi tekanan rendah dan sistem air pengisi tekanan tinggi. Aliran sistem air pengisi takanan rendah mencakup rangkain dari hotwell hingga deaerator, sedangkan aliran sistem air pengisi takanan tinggi mencakup rangkaian dari deaerator hingga boiler drum.

Tujuan menaikkan temperatur air pengisi:
1. Mencegah thermal stress
2. Mengurangi kerja boiler
3. Meningkatkan efisiensi boiler

Tujuan meningkatkan kemurnian air pengisi adalah untuk mencegah deposit, kerak dan korosif pada pipa-pipa boiler dan kerusakan pada sudu turbin.

Tujuan menaikkan tekanan air pengisi
1. Mencegah air pengisi yang menuju boiler berubah menjadi uap
2. Air pengisi dapat masuk ke boiler drum.

Jika sejumlah panas yang dibuang ke condenser dapat dikurangi, maka efisiensi turbin dapat ditingkatkan. Hal ini diperoleh dengan mengambil sebagian uap (steam) dari turbin dengan tujuan untuk memanaskan air pengisi di dalam heater (pemanas) sebelum masuk ke boiler drum.



Sirkit Air Pengisi

Sistem Air Pengisi Tekanan Rendah / Condensate System

Sistem air pengisi tekanan rendah juga disebut dengan condensate system (Sistem Kondensat) yang mana mencakup rangkaian dari hotwell higga ke deaerator. Condensate yang ditampung di dalam hotwell dengan tekanan ±0,07Kg/cm2 dan temperatur ±39°C dipompa menggunakan Condensate Pump (CP) hingga tekanan naik mencapai ±17Kg/cm2 dan kemudian dialirkan ke deaerator melewati Low Pressure Heater System (sistem pemanas tekanan rendah).
Komponen-komponen utama pada Low pressure heater system adalah Steam Jet Air Ejector (SJAE) / Gland Steam Condenser (GLC), NO.1 Low Pressure Heater (NO.1 LP Heater) dan NO.2 Low Pressure Heater (NO.2 LP Heater). Di dalam SJAE / GLC, condensate berfungsi sebagai air pendingin yang menyerap heat lost (panas yang terbuang) dari gland steam turbine (uap bekas perapat turbin) dan steam ejector (uap ejektor). Di dalam heater (pemanas), condensate dipanaskan menggunakan extraction steam (uap ekstraksi). Proses pemanasan ini meanaikkan temperatur condensate. Pada aliran condensate menuju ke SJAE/GLC, condensate diekstraksikan untuk menjaga temperatur hotwell melalui condenser spray valve yang bekerja secara otomatis, setelah itu condensate masuk kedalam SJAE/GLC. Condensate kemudian akan melewati condenser minimum flow valve dan spill over valve. Condenser minimum flow valve dan spill over valve terletak sesudah SJAE / GLC dengan tujuan agar SJAE / GLC tidak kekurangan air pendingin. Karena selain dipanaskan, condensate berfungsi sebagai pendingin gland steam turbine (uap bekas perapat turbin) dan steam ejector (uap ejektor) didalam SJAE/GLC. Gland steam turbine dan steam ejector pada SJAE/GLC uap mengalir diluar pipa sedangkan condensate didalam pipa yang terdapat didalam SJAE/GLC. Besar aliran Condensate yang telah dipanaskan didalam SJAE/GLC kemudian diatur oleh deaerator level control valve yang mana memiliki fungsi untuk menjaga level deaerator agar tetap pada level normal. Setalah aliran diatur, condensate dipanaskan didalam NO. 1 LP Heater menggunakan NO. 5 extraction steam sebagai uap pemanas yang diambil dari turbin kemudian condensate dipanaskan lagi di dalam NO. 2 LP Heater menggunakan NO. 4 extraction steam.
Proses perpindahan panas pada LP Heater sama seperti pada SJAE/GLC dimana uap pemanas mengalir di luar pipa yang berada didalam heater sedangkan condensate mengalir didalam pipa. Proses ini menyebabkan temperatur condensate naik sedangkan extraction steam terkondensasi. Hasil kondensasi extraction steam didalam heater kemudian dikontrol oleh heater level control valve sehingga tetap pada level normal. Jika level terlalu tinggi maka emergency drain valve akan bekerja secara otomatis untuk membuang condensate ini ke condenser.
Kedua LP Heater ini dilengkapi juga dengan bypass valve yang dioperasikan jika heater sedang bermasalah. Setelah dipanaskan didalam NO. 2 LP Heater, condensate dialirkan ke deaerator untuk dipanaskan dan dibuang udara dan gas-gas yang terkandung didalam condensate. Deaerator menggunakan NO. 3 extraction steam sebagai uap pemanas, namun pengambilan uap pemanas ini hanya dilakukan pada saat beban sudah mencapai lebih dari 30MW, jika beban belum mencapai 30MW maka uap pemanas diambil dari auxiliary steam yang diatur oleh deaerator auxiliary steam supply pressure control valve. Katup ini juga berfungsi untuk mengontrol tekanan deaerator pada saat kondisi operasi normal. Peralatan utama yang digunakan pada condensate system adalah:


A. Hotwell

Hotwell berfungsi sebagai penampung condenste hasil kondensasi exhaust steam turbine (uap bekas turbin), hotwell terletak di bawah condenser dengan tujuan untuk memberikan tekanan pada sisi hisap condensate pump. Level hotwell dikontrol sehingga tetap pada Normal Water Level (NWL) dengan menambahkan Make Up Water (MUW) yang telah ditampung di Make Up Water Tank (MUWT). Jika level hotwell berada pada level low maka maka condenser level control valve akan membuka dan tetap membuka hingga mencapai NWL. Jika level hotwell telah berada pada level high maka kelebihan air di dalam hotwell dialirkan kembali ke MWT melalui spill over valve yang terletak setelah SJAE / GLC.


B. Condensate Pump (CP)

Condensate pump berfungsi untuk memindahkan condensate dari hotwell melalui SJAE / GLC (pendingin Bantu) dan LP Heater ke deaerator. CP dipasang secara vertikal dengan sisi hisap berada di bagian bawah agar condensate dari hotwell dapat mengalir dan masuk ke sisi hisap CP yang berada di bagian bawah tersebut. Pada PLTU Tarahan, dua unit CP disediakan dengan kapasitas 100%. Salah satu CP beroperasi dan satu yang lainnya diposisikan standby. Jika dalam keadaan darurat maka CP yang diposisikan standby akan beroperasi, sebagai contoh bila aliran condensate yang dibutuhkan melampaui kemampuan CP yang sedang beroperasi sehingga terjadi kekurangan aliran condensate, maka CP yang diposisikan standby dapat dioperasikan untuk mengatasi kekurangan aliran condensate tersebut. Jika CP yang sedang beroperasi trip sementara CP yang sedang standby diposisikan mode otomatis maka CP yang standby akan secara otomatis beroperasi untuk menggantikan CP yang trip. Selain itu, CP yang dalam keadaan beroperasi juga bisa trip secara otomatis jika level hotwell terlalu rendah, hal ini bertujuan untuk mencegah CP bekerja dengan NSPH yang lebih rendah dari tekanan minimum yang dianjurkan. Selain termasuk di dalam condensate system, aliran condensate yang dipompa oleh CP juga didistribusikan ke beberapa peralatan, yaitu:

1. Sampling rack (rak sampel)
2. Gland seal
3. Chemical dosing
4. Condenser spray
5. Low pressure turbine casing spray.






Condensate pump







Aliran dari condensate pump

C. Steam Jet Air Ejector / Gland Steam Condenser

1. Steam Jet Air Ejector (SJAE)

Adanya sejumlah gas dan udara yang tidak terkondensasi di dalam condenser akan mengurangi laju perpindahan panas antara uap bekas turbin dan air pendingin. Terhambatnya laju perpindahan panas dikarenakan gas dan udara ini akan menyelimuti permukaan pipa air pendingin, sehingga menghalangi uap bekas turbin melepas panas pada permukaan pipa air pendingin secara maksimal. Pengurangan laju perpindahan panas antara uap bekas dan air pendingin akan menyebabkan penurunan tekanan (vakum) didalam condenser yang berarti mengurangi kemampuan unjuk kerja condenser.
Peralatan penghisap udara/gas condenser berupa SJAE, harus mampu memenuhi dua keadaan, yaitu pembuang udara/gas selama operasi normal dan menaikkan vakum condenser (vacuum up) pada saat start awal. Pada saat vacuum up, peralatan penghisap udara harus mampu engeluarkan secara cepat sejumlah besar udara/gas. Pada kondisi turbin telah beroperasi SJAE tetap dioperasikan untuk membuang udara dan gas-gas yang tidak terkondensasi dari dalam condenser untuk mempertahankan vakum di dalam condenser. Udara/gas dibuang ke atmosfir sedangkan uap untuk ejektor dikondensasi didalam gland steam condenser / kondensor ejektor. Hasil air kondensatnya kemudian dialirkan ke condenser utama.


2. Gland Steam Condenser (GLC)

Didalam sistem perapat turbin, uap sebagai media perapat harus bersirkulasi (mengalir) secara kontinyu. Setelah memberi perapat didalam labyrinth, uap ini menjadi basah dan cenderung terkondensasi karena tekanannya sangat rendah. Oleh karena itu uap perapat ini dialirkan ke kondensor uap gland (gland steam condenser) untuk didinginkan menjadi air kemudian kondensatnya dialirkan ke condenser utama. GLC mendapat pendinginan dari aliran air condensate yang dipompa oleh CP. Oleh karena itu condenser ini terletak pada jalur condensate system. Gambar beriktu memperlihatkan SJAE/GLC beserta sistem aliran pada PLTU Tarahan.








Steam Jet Air Ejector (SJAE) / Gland Steam Condenser (GLC)







Aliran condensate system dari CP melewati beberapa valve antara lain:
 Condensate minimum flow
Condensate minimum flow berfungsi untuk mensirkulasikan condensate melalui saluran resirkulasi kembali ke condenser agar menjaga jumlah aliran condensate pada CP selalu tercukupi (aliran dalam keadaan normal) baik pada saat start awal CP maupun saat kebutuhan air ke deaerator masih minimum (minimum flow). Apabila pada CP terjadi aliran kecil atau tidak ada aliran condensate maka akan dapat mengakibatkan kavitasi dan panas pada CP tersebut. Hal ini dikarenakan aliran condensate yang dipompa oleh CP juga berfungsi sebagai pendingin CP. Letak saluran resirkulasi pada condensate system terdapat sebelum katup kontrol pengisian ke deaerator, dimana saluran ini menghubungkan sisi tekan (Discharge) CP dengan hotwell. Pada saluran resirkulasi dilengkapi dengan katup kontrol dimana pengoperasian katup ini tergantung dari pembukaan katup kontrol pengisian ke tangki deaerator. Gambar berikut memperlihatkan sistem aliran condensate minimum flow secara sederhana.






Condensate minimum flow valve
 Spill over valve
Spill over valve berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air pada condensate system ke tangki air MWT. Katup ini akan membuka apabila terjadi kelebihan air pada condensate system, dimana saat kondisi level hotwell naik melebihi level normalnya. Gambar berikut memperlihatkan sistem aliran pada spill over valve secara sederhana.








Spill over valve


D. Low Pressure Heater

Setelah melewati SJAE / GLC, condensate melewati rangkaian LP Heater yang mana memiliki fungsi untuk menaikkan temperatur secara bertahap atau sebagai pemanas lanjut yang mendapat panas dari uap ekstraksi turbin. Pemanas air pengisi tekanan rendah pada Unit 3 dan 4 di PLTU Tarahan menggunakan pemanas jenis permukaan (tube), dimana terdapat water box yang terbagi menjadi dua bagian yaitu pada sisi masuk dan sisi keluar. Air mengalir dari sisi masuk water box melalui pipa-pipa berbentuk U ke sisi luar water box dan selanjutnya ke pemanas berikutnya. Tipe pemanas ini adalah shell and tube heat exchanger.








Sistem Air Pengisi Tekanan Tinggi
Pada pokok pembahasan ini akan dibahas tentang air pengisi tekanan tinggi. Condensate yang telah masuk ke dalam deaerator sudah mendapat panas dari LP Heater 1 dan LP Heater 2. Condensate yang telah berada di dalam deaerator kemudian disebut air pengisi. Air pengisi di dalam deaerator dipanaskan menggunakan panas lanjutan dari auxiliary steam dan uap ekstraksi nomor 3. Pada saat start awal dan beban belum mencapai 30 MW, air pengisi di dalam deaerator dipanaskan menggunakan uap dari auxiliary steam dan apabila beban telah mencapai 30 MW maka uap yang di gunakan adalah uap ekstraksi nomor 3. Uap ekstraksi nomor 3 untuk memanaskan air pengisi di dalam deaerator pada saat beban rendah berada pada dalam keadaan vakum, oleh karena itu sumber pemasok uap alternatif untuk memanaskan air pengisi di dalam deaerator pada saat beban rendah diambil dari auxiliary steam. Harus diingat bahwa pasokan uap pengambilan pada beban rendah dari auxiliary steam harus di tutup ketika beban dinaikkan menjadi 30 MW untuk menghindari tekanan berlebih pada deaerator yang dapat menyebabkan safety valve (katup pengaman) bekerja.
Uap ekstraksi adalah uap bocoran yang diambil/diekstrak dari turbin pada beberapa titik dan kemudian disalurkan ke LP Heater, deaerator dan HP Heataer yang digunakan untuk memanaskan condensate dan air pengisi sebelum dimasukkan ke dalam boiler drum. Setelah mendapatkan pemanasan dari deaerator, air pengisi dihisap oleh Boiler Feed Pump (BFP) dan kemudian di alirkan melalui HP Heater 4, HP Heater 5 dan economizer untuk mendapatkan pemanasan lanjut. Pada sisi tekan (discharge) BFP terdapat tiga buah katup atau yang disebut dengan Feed Water control Valve yang bekerja secara otomatis untuk mengisi boiler drum sesuai dengan set parameter yaitu pada level nol atau level middle di boiler drum. Pada discharge BFP terdapat juga BFP Minimum Flow Valve yang bekerja secara otomatis untuk menutup atau membuka untuk disirkulasikan ke deaerator sesuai dengan set aliran yang diatur. Temperatur air pengisi pada HP Heater 4 naik karena air pengisi dipanaskan dengan uap extrasi nomor 2 dari turbin. Pada HP Heater 5 temperatur air naik karena air pengisi dipanaskan lagi dengan uap extrasi nomor 1 dari turbin. Pada HP Heater 4 dan HP Heater 5 terdapat katup bypass yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mengalirkan air pengisi pada saat HP Heater 4 dan HP Heater 5 mengalami gangguan. Katup bypass hanya digunakan pada saat emergency karena penggunaan katup bypass secara terus menerus dapat mengurangi efisiensi turbin oleh karena itu katup bypass ditutup pada saat HP Heater 4 dan HP Heater 5 beroperasi. Setelah air pengisi melewati HP Heater 5, air pengisi mengalir ke economizer. Tujuan pemanasan air pemgisi di economizer sama seperti pada HP Heater. Pada economizer tidak terdapat ekstraksi uap dari turbin yang digunakan untuk memanaskan air pengisi melainkan memanfaatkan flue gas (gas sisa hasil pembakaran) pada boiler. Air yang masuk atau melewati economizer diteruskan ke boiler drum lalu turun ke riser melalui downcomer, disini air dipanaskan secara radiasi dengan memanfaatkan pembakaran di dalam furnace (ruang bakar) sehingga air menjadi uap dan masuk ke separator pada boiler drum untuk dipisahkan antara uap dan air. Air masuk pada boiler drum sedangkan uap di alirkan ke superheater untuk di jadikan uap kering sebelum masuk ke turbin.




Macam – macam alat Bantu yang digunakan :

A. Deaerator
Deaerator berfungsi untuk memanaskan dan menghilangkan gas dan udara terlarut dalam air pengisi. Udara dan gas dapat menyebabkan korosi di dalam pipa-pipa air uap ketel uap. Rancangan deaerator yang banyak dipakai terdiri dari bejana penyimpan mendatar yang besar dan diatasnya dipasang satu atau lebih unit-unit pembuang udara (deaerator), ini serupa dengan pemanas kontak langsung. Sebelum air pengisi memasuki bagian pembuang udara, air tersebut lewat melalui vent condensor tipe permukaaan.






Gambar Deaerator

B. Boiler Feed Pump ( BFP )
Boiler feed pump berfungsi untuk menaikkan tekanan air pengisi sehingga air pengisi tersebut dapat mengalir dan masuk ke dalam boiler drum. BFP harus mampu mengisi boiler drum pada penguapan maksimum dengan pembakaran penuh dan ketika katup pengaman superheater dan boiler drum membuka pada saat terjadi akumulasi tekanan. Tekanan discharge BFP harus lebih besar dari tekanan boiler drum, karena disebabkan adanya rugi-rugi tekanan dalam sistem aliran air pengisi sebelum air pengisi tersebut masuk kedalam boiler drum.
Tugas utama pompa BFP adalah memasok air pengisi ke boiler drum namun selain itu digunakan juga untuk menyuplai air pengisi ke beberapa peralatan, yaitu :
Desuperheter spray water
• HP ( High Pressure ) turbin bypass
• Auxiliary steam
• Turbin bypass spray water












Gambar Pompa BFP ( Boiler Feed Pump )





C. High Pressure Heater ( HPH )
High Pressure Heater befungsi untuk menaikkan temperatur secara bertahap atau sebagai pemanas lanjut yang menggunakan uap ekstraksi dari turbin sebagai sumber pemanasan. Pada PLTU Tarahan unit 3 dan 4 pemanas air pengisi tekanan tinggi yang digunakan jenis permukaan atau tube, dimana terdapat water box yang terbagi dua bagian yaitu sisi masuk dan sisi keluar. Air mengalir dari sisi masuk water box melalui pipa-pipa berbentuk U ke sisi luar water box dan selanjutnya ke pemanas berikutnya, tipe pemanas ini adalah shell and tube heat exchanger.











Gambar HPH ( High Pressure Heater )




D. Economizer
Economizer berfungsi sebagai pemanas awal air sebelum dimasukkan ke boiler drum, dimana panas yang didapat dari pemanfaatan flue gas buang sisa pembakaran dari furnace (ruang bakar).

E. Boiler Drum
Boiler drum berfungsi untuk menampung air dan uap juga untuk menjaga boiler pada suatu tekanan tertentu.

MW 50 75 100

O C HP5 203.5 221.5 253.0

O C HP 4 173.5 183.2 201.0

O C Dea 145.5 158.6 169.1

O C LP 2 113.3 123.8 131.7

O C LP1 79.5 82.3 98.8

O C sblm LP 44.0 43.2 42.7










Tabel Beban beserta temperatur : Baca Selengkapnya...