Jumat, 27 Mei 2011

Kau adalah kau

Hai. Kau. Tahukah kah kau? Aku merindukanmu.

Kau. Kau sering membantuku memaksa DNA ku untuk memasalkan cetak biru tentangmu. Begitu banyak. Begitu cepat. Melebihi jumlah butiran-butiran embun pada sekumpulan rumput depan rumah. Melebihi ekspektasi gesah kedip mata ketika kilat bersejenak bersama bumi.

Kau. Kau sering membantuku menemukanku menertawai diriku pada beberapa sudut di diriku. Begitu menghibur. Aku tertawa dengan diriku sendiri. Tapi ku suka. Aku suka menertawai diriku yang seperti itu. Meski terbahak pelan. Dua kali dengungan ataupun senyuman yang hanya tipis.

Kau. Kau sering membantuku menembus diriku. Menjadikan diriku sebagai dirimu untuk melihat diriku sebagai diriku. Ah. Jika aku mampu bercanda dengan diriku, mungkin aku akan sering mengejek diriku dengan ejekan yang akan membuatku dan dia tertawa. Tapi sudahlah. Aku tak sedang bicara tentangku padaku.

Kau. Kau sering membantuku mentransformasikan kepekaan. Ketika duduk. Berdiri. Berjalan. Berlari pelan, lalu kencang. Bahkan tidur.

Kau. Kau sering menemaniku mendengarkan lagu. Mendengarkan lagu yang sama yang diputar berulang-ulang. Tak bosan. Jika telingaku mampu berbicara, mungkin akan terlelah memohon untuk berhenti mendengarkan lagu itu karena saking bosannya. Tapi ku biarkan. Karena aku suka. Aku suka mendengarkan lagu itu. Mungkin karena lagu itu cukup berdeskripsi tentang suasanaku. Hai.. Samakah dengan suasanamu? Ku berharap demikian. Dan aku suka lagu itu. aku suka suasana itu. Aku suka.

Kau. Kau sering membantuku terjaga di pekat malam. Dan aku sering duduk bersamamu. Melihatmu pada cairan-cairan kristal yang tak melebur. Pada kamar yang gelap. Pada dingin yang menghangat. Pada sunyi yang meramai. Pada kursi, meja, buku, kertas, pena, pensil, dan masih banyak lagi, terlalu banyak untuk ditulis. Dan pada lagu yang akan membuatku tidur kembali.

Kau adalah bahagia. Yang menghancurkan tangis, yang tertahan oleh tawa
Kau adalah air mata. Yang mengalirkan rindu, yang terseka oleh hadir
Kau adalah pertemuan. Yang mempertemukan tatap, yang terjarak oleh sentuh
Kau adalah diam. Yang mengeluarkan air mata dalam peluk
Kau adalah diam. Yang menyendu dalam gebu
Kau adalah diam. Yang meninggalkan pesan di lembaran kertas putih kosong yang kusut
Kau adalah diam
Kau adalah diam
Kau adalah kedamaian pernyataan yang nyata
Kau adalah diam
Kau adalah diam
Kau adalah kau.
Baca Selengkapnya...

Selasa, 17 Mei 2011

Sahabatku Mimpiku

Sahabatku, janganlah Kau bersedih....
Kita berpisah bukan untuk tak bertemu lagi....
Bukankah ini yang dulu kita impi-impikan?

Menapaki jalan terjal berliku....
Melewati palung-palung terdalam di dasar laut....
Mendaki tebing-tebing berbatu yang menjulang tinggi....
Bertaruh menaklukan kejamnya misteri siang....
Berkelahi mengalahkan sombongnya kepekatan malam....
Mengenakan jati diri remaja yang tangguh dan tegar, berani menghadapi dunia....

Sahabatku, jangan Kau risau....
Kita tak berjumpa, bukan tak bersahabat lagi....
Bukankah ini yang dulu sangat kita tunggu-tunggu?

Menjemput mimpi yang telah kita lukis dengan rapi pada helai-helai kain putih abu-abu....

Ku tahu sahabatku....
Ketika aku dan kamu berbagi cerita tentang mimpi,
Ketika itulah kau mulai takut kehilanganku....
Dan kau tahu Sahabatku?
Karena ku pun sama sepertimu, Sahabatku....

Kau tahu Sahabatku?
Ketika semakin dekat waktu untuk kita melangkah jemput mimpi,
Ketika itulah dengan perlahan langkah-langkah kita mulai terpencar....
Ketika itu pula ku semakin takut kehilanganmu....

Walaupun ku tak mengirimkan isyarat salam perpisahan dengan sebening kesetian oleh sepasang bola mata yang mengembun,
Namun hatiku hancur berkeping-keping....

Bila setiap detik adalah lembar diary kehidupan,
Begitu banyak catatan sederhana tentangku telah ku titipkan padamu....
Lembaran-lembaran diary itu bawalah dalam perjalananmu Sahabatku....
Tentangmu, telah ku simpan rapi padaku....

Kemarilah....
Tersenyumlah bersamaku, Sahabatku....
Kita kan berbagi cerita lagi tentang perjalanan yang begitu hebat....
Cerita tetang perjalanan diluar sana yang penuh tantangan....
Dan ku yakin, Karena Dia Kita kan mampu Sahabatku....

Teruslah melangkah Sahabatku....
Walau jalannya terjal berliku,
Palung-palung terdalam,
Tebing-tebing berbatu menjulang tinggi....
Tapi tak ada kata 'tuk kehilangan Semangat....
Tak ada kata 'tuk berhenti Melangkah....
Tak ada kata 'tuk Menyerah....

Walau apapun yang terjadi,
Hidup harus tetap berlanjut Sahabatku....
Teruslah miliki semangatmu seperti semangat yang ku kenal dulu Sahabatku....


dhani
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 14 Mei 2011

Episode Galau Part I

Setelah bertahun-tahun gak ng-update postingan di blog, akhirnya hari ini aku bisa menunaikan maksud tuk meng-update.
*:DleBaiiBaruajabeberapaMinggu:D*

--Okeyy, kali ini aku ingin membahas tentang Galau. Apakah Galau itu? Kenapa sampai bisa Galau? Kenapa harus Galau?

Atau

Siapakah Galau itu? Anak mana? Tinggal dimana? Kok aku kayak pernah dengar nama itu? "hahaaa, udah.. udah. Pertanyaan setelah 'atau' itu udah ngaco :D".

Untuk bisa mengenal Galau, kita harus mengetahui silsilah tentang Galau itu sendiri. Sebenarnya untuk silsilah yang jelasnya, aku juga tidak tahu dengan pasti *^_'* cuz blom ada referensi yang meruncing dan teraktual mengenai silsilah Galau yang saya dapatkan.

Tapi yang aku tahu, ada empat kembar serangkai-setangkai menyangkut Galau dan bila kita berpas-pasan dengan mereka, maka kita akan sempat dibuat kelabakan oleh mereka. Mereka adalah Balau, Galau, Kacau dan Kalau. "Untuk yang terakhir 'Kalau' itu sebagai pelengkap aja.. :D" --

Nah, pembukaan UUG kan udah dibacakan.

Read:
"UUG itu apa, dhan?"

--
Undang-Undang Galau. --
Heheeee *Just 33z 'iseng versi 4L4y Slang ambon'

Lanjuut..
Sewaktu SD, kita belom familiar dengan namanya Galau bahkan mungkin tidak tahu sama sekali. Karena waktu itu emang kita belum cukup usia *hahaaApaanBelumCukupUsia?* untuk berGalau-Galauan, maka yang booming biasanya 'Takut'. Takut ke sekolah kalau belum nyelesain PR, Takut hadapi ulangan matematika. Kalo di rumah Kita takut pulang ke rumah pada waktu siang karena nanti disuruh tidur siang, takut pulang ke rumah pada waktu sore karena waktu siang tadi kabur dari disuruh tidur siang dan masih banyak takut-takut yang lainnya.


Seiring berlanjutnya umur, seiring itu pula berlanjutnya Galau.. eh maksud ku berlanjut pula tahap pendidikan kita ke tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu SMP. Di SMP, benih-benih Galau udah mulai muncul tapi belom terlalu kerasa. Sampai di SMA, benih-benih Galau tadi udah tumbuh menjadi tunas-tunas Galau n mungkin Pohon-pohon Galau kecil. Setelah Lulus SMA, Pohon-pohon Galau tadi udah menjadi Pohon-pohon Galau besar yang rindang bahkan mungkin udah berbuah dan buahnya mulai dari masih mentah, mengkal dan masak.

Read:
"Kok jadi bicara pohon dan buah-buahan? Jadi Galau nih bacanya"

Oke.. oke.. Biar gak Galau, kita lanjutin lagi :D:D

Galau emang sesuatu yang menganehkan. Datangnya gak dijemput, dan perginya pun gak pake diantar malah kabur dengan tiba-tiba. Karena datangya gak pake dijemput, biasanya Galau datang dengan cara yang tak terduga. Yaaaitu.. Abis makan, Galau. Abis minum, Galau. Abis ngirim SMS, Galau. Abis nrima SMS, Galau. Abis telpon, Galau. Abis ditelpon, Galau. Abis update status *SocialMedia*, Galau. Gak update status, Galau. Bangun tidur, Galau. Lari pagi, Galau. Gak Lari pagi, lebih Galau lagi. Pokoknya banyak ragam cara Galau itu datang dan kadang kita gak nyangka kalau-kalau Galau itu lagi datang.


Oooh iya.. ada satu lagi contoh datangnya galau.
Karena Ibu kamu mau masak masakan andalan buat acara kluarga, Ibu kamu minta dianterin beli cabe ke pasar dan itu harus kamu. Pada waktu yang sama kamu lagi janjian sama si dochi, eh maksud ku si doi untuk nonton film di bioskop dan film itu udah ditunggu-tunggu sama kalian berdua. Sementara kamu juga tahu kalo beli cabe itu hanya salam pembuka. Setelah cabe dibeli, dilanjutin lagi dengan beli pasir, semen, kerikil, besi.....

Read:
"Loh dhan? Kok jadi beli bahan bangunan? Kan lagi belanja buat dapur?"

Oh iya yaa.. Iya maksud ku itu, cabe dan belanjaan dapur yang lain.

Lanjuut..
Karena kamu gak mungkin ngajak doi beli pasir, eh maksud ku cabe dan kamu juga gak mungkin ngajak Ibu kamu nonton bareng doi akhirnya Galau datang juga :D:D..

I Read:
"Gak nyambung kan?"

Iya yah, gak nyambung :) ;) ?

Oke.. sampai disitu dulu cengkeh, upss contohnya. Biar gak bertambah keGalauan teman-teman semua karena baca Episode Galau Part I, udah dulu yah postingan kali ini. Aku jadi ikut Galau nih nulis Episode Galau Part I ini..

Sampai Jumpa Di Episode Galau Part II..

Episode Galau Part II nanti aku akan membahas "The Three Ways Of Galau's Coming"

Read:
"...Jaaaah belum selesai juga, jadi +Galau nih..."

Yaudaah dulu yah, sampai disini aja dulu..

Salam Galau ^_^
Baca Selengkapnya...