"Aku udah sampai"
-Delivered-
Setelah sekotak kecil yang mampu menyulap energi pada batrei itu menjadi gelombang suara, serangkaian visualisasi dan lainnya itu dinikahi signal lagi, pesan singkat pun terkirim.
Sesegera ku temui pintu keluar dari gedung itu dengan langkah yang cukup tergesah-gesah. Dan langkah yang masih beberapa saja itu kemudian terhenti.
"Hallo"
"Hallo, aku udah sampai"
"Kamu udah sampai?"
"Iya"
"Tunggu, aku akan menjemputmu"
"Udah gak apa-apa, ntar aku temuin kamu"
"Oh iya ok, sampai ketemu"
"Yapsss"
Reject tertekan dan aku mulai melanjutkan langkah menuju pintu keluar dari gedung, kemudian berlalu.
***
Malam itu pun tiba, kita berkumpul dan bergurau seadanya. Deras hilir kejenakaan pada kalian sejak tiga tahun lalu sampai pada malam itu pun masih tetap terjaga awet, bahkan mungkin lebih deras.
Malam yang telah menuliskan selembar catatan takdir untuk sebuah momment yang paling kita rindukan, yaitu berkumpul dan duduk bersama. Momment yang semenjak tiga tahun terakhir ini terasa begitu angkuh pada kita dan kita pun dapat menghitung kuantitasnya hanya dengan menggunakan sejumlah kenop yang terpampang pada sergam sekolah dulu.
Momment yang sebelumnya sering kita dapat dengan mudah, yaitu dengan mendengarkan seorang guru melagukan ilmunya di depan kelas, mengunjungi rumahmu dan sebaliknya atau pertemuan lain yang dijanjikan ataupun tidak. Bahkan itu mungkin menjadi momment yang paling membosankan karena wajah kamu, kamu, kamu, kamu.. yang selalu saja terlihat, begitu juga sebaliknya. Dan walaupun sebenarnya selalu saja ada sesuatu yang membuat kita selalu saling ingin bertemu meskipun hanya untuk diam di kebersamaan.
Bernostalgia dan seterusnya, itu yang kita lakukan. Dan aku sebetulnya masih berbicara dalam ketercenganan yang tak perlu ditunjukkan. Ketercenganan atas pertemuan untuk timing yang seperti demikian. Tak tahu kenapa, tapi ketika itu aku yakin bahwa setiap kamu merasakan hal yang sama untuk momment itu meskipun tak kalian sampaikan walaupun setelah itu kemudian kita saling menyatakannya sambil saling senyum dan tertepuk bahu.
**
Terimakasih untuk beberapa yang telah menjadi semilyar dalam catatan takdirku.
Terimakasih untuk memasuki gedung dari jalan yang salah dan bersama-sama diarahkan oleh Pak Satpam yang baik hati untuk memutar kendaraan dan melewati jalan yang tepat. Dan kita tak ragu untuk saling memandang agar kemudian saling tertawa.
Terimakasih untuk motor yang mogok. Dengan kenalpotnya yang mampu membuat kumat seorang yang sakit jantung atau yang selalu menyapa ramah pendengarnya dan seakan meminta agar segera dilempar.
Baca Selengkapnya...