Kau. Kau sering membantuku memaksa DNA ku untuk memasalkan cetak biru tentangmu. Begitu banyak. Begitu cepat. Melebihi jumlah butiran-butiran embun pada sekumpulan rumput depan rumah. Melebihi ekspektasi gesah kedip mata ketika kilat bersejenak bersama bumi.
Kau. Kau sering membantuku menemukanku menertawai diriku pada beberapa sudut di diriku. Begitu menghibur. Aku tertawa dengan diriku sendiri. Tapi ku suka. Aku suka menertawai diriku yang seperti itu. Meski terbahak pelan. Dua kali dengungan ataupun senyuman yang hanya tipis.
Kau. Kau sering membantuku menembus diriku. Menjadikan diriku sebagai dirimu untuk melihat diriku sebagai diriku. Ah. Jika aku mampu bercanda dengan diriku, mungkin aku akan sering mengejek diriku dengan ejekan yang akan membuatku dan dia tertawa. Tapi sudahlah. Aku tak sedang bicara tentangku padaku.
Kau. Kau sering membantuku mentransformasikan kepekaan. Ketika duduk. Berdiri. Berjalan. Berlari pelan, lalu kencang. Bahkan tidur.
Kau. Kau sering menemaniku mendengarkan lagu. Mendengarkan lagu yang sama yang diputar berulang-ulang. Tak bosan. Jika telingaku mampu berbicara, mungkin akan terlelah memohon untuk berhenti mendengarkan lagu itu karena saking bosannya. Tapi ku biarkan. Karena aku suka. Aku suka mendengarkan lagu itu. Mungkin karena lagu itu cukup berdeskripsi tentang suasanaku. Hai.. Samakah dengan suasanamu? Ku berharap demikian. Dan aku suka lagu itu. aku suka suasana itu. Aku suka.
Kau. Kau sering membantuku terjaga di pekat malam. Dan aku sering duduk bersamamu. Melihatmu pada cairan-cairan kristal yang tak melebur. Pada kamar yang gelap. Pada dingin yang menghangat. Pada sunyi yang meramai. Pada kursi, meja, buku, kertas, pena, pensil, dan masih banyak lagi, terlalu banyak untuk ditulis. Dan pada lagu yang akan membuatku tidur kembali.
Kau adalah bahagia. Yang menghancurkan tangis, yang tertahan oleh tawaKau adalah air mata. Yang mengalirkan rindu, yang terseka oleh hadir
Kau adalah pertemuan. Yang mempertemukan tatap, yang terjarak oleh sentuh
Kau adalah diam. Yang mengeluarkan air mata dalam peluk
Kau adalah diam. Yang menyendu dalam gebu
Kau adalah diam. Yang meninggalkan pesan di lembaran kertas putih kosong yang kusut
Kau adalah diam
Kau adalah diam
Kau adalah kedamaian pernyataan yang nyata
Kau adalah diam
Kau adalah diam
Kau adalah kau.
0 comments:
Posting Komentar