Kamis, 10 Februari 2011

BINTANG BERBENANG PUTIH ABU-ABU

Dia masih menyanyikan lagu itu
Dengan raut wajah serta kegamangan yang sudah lama ku rindu
Bernyanyi di depan selembar papan putih bersih

Aku masih terus menyaksikan lagunya dengan penuh seksama
Tak ku alihkan pandangan dan pendengaranku dari raut wajah, gerakan, ekspresi dan lantunan indahnya
Hanya pada satu arah, ku pastikan dan pusatkan pikiran dan jiwaku memaknai setiap kata yang dituturnya

Ku menikmati perputaran jarum detik itu dengan semangat yang begitu menggebu
Putaran jarum detik yang ku tak tahu kapan lagi ku miliki ataupun hanya sekedar mencium aromanya

Dari pintu-pintu ruangan yang tersusun rapi kursi serta meja yang berlaci
Sudut mata menangkap sesosok remaja yang menghampiri penuh suka
Dia datang, menyulam logaritma persahabatan di atas sehelai kain putih bersih rapi dan suci
Dia menunjukkan ku sulaman yang dia buat dengan sekumpulan kesetiaan

''Indah bukan?'' Dia bertanya
Jawabku singkat ''Aku tak mengerti''
Yang ku lihat hanya sekumpulan sulaman berupa titik-titik yang bertaburan

Dia bilang
''Itu adalah bintang
Dan kita adalah bintang
Biarpun di langit oleh mata bintang-bintang itu tak selalu terlihat hadir bersama semuanya
Namun sebenarnya jauh tak tersentuh oleh pandangan, mereka selalu bersama menyinari luas langit dengan cahaya mereka''

Dengan segenggam ketidakmengertian bercampur risau
Ku bertanya ''Ketika malam tiba, ku yakin itulah waktu mereka untuk terlihat ada bersama meskipun sedikit atau banyak bahkan tak kelihatan sekalipun karena mungkin terhalang oleh awan, namun jika pagi datang dan aku ingin menyaksikan kemegahan taburan bintang itu, bagaimana aku bisa menyaksikannya?''

Diambilnya sepelepah sagu yang bernyiur dua puluh delapan helai,
Di pintu gerbang bangunan yang memiliki tiang penancap merah putih
Diletakannya dua puluh helai rangkaian nyiur di sebelah kiri dan delapan di kanan
Nyiur yang begitu menyejukkan hati jika dilihat itu dibentuknya menjadi sebuah gapura

Kemudian dia bilang kepadaku
''Keluarlah dari pintu gerbang itu dan simpanlah dengan rapi tiap lima utas benang putih dan abu-abu
Kau memiliki satu warna benang, dan itu adalah benang mimpimu
Walau apapun yang terjadi, ikatlah benang mimpimu bersama sepuluh utas benang itu sehingga menyatu menjadi sebelas utas benang,
Kau, aku dan kita akan selalu membawa masing-masing sebelas utas benang kemanapun melangkah
Dan sebelas utas benang itulah yang kemudian menjadikan kita sebagai bintang yang menyebar menyinari tiap luas ruang dimana kita berada''

Kemudian kulihat sosok remaja dengan wajah dan senyumannya yang semakin jauh melangkah mengejar mimpinya
Wajah dan senyuman yang selalu ku rindukan
Wajah dan senyuman yang tersimpan rapi di hati
Wajah dan senyuman sejati dan abadi.


Dhani

0 comments:

Posting Komentar